Mencoba Gitar yang Membuatku Jatuh Cinta Sejak Pertama Kali

Pertemuan Pertama dengan Melodi

Saat itu tahun 2008, saya masih remaja yang tengah berjuang menemukan jati diri. Hari itu, saya melangkah ke sebuah toko musik kecil di sudut jalan utama kota. Toko itu, meskipun sederhana, dipenuhi dengan nuansa hangat dari alat musik yang menggantung di dinding. Saya tidak tahu bahwa kunjungan ini akan mengubah hidup saya selamanya.

Saya berdiri di depan deretan gitar akustik, mataku tertuju pada sebuah gitar berwarna cokelat tua yang tampak berbeda dari yang lainnya. “Coba pegang,” bisik seorang karyawan kepada saya dengan senyum hangat. Tanpa berpikir panjang, saya meraih gitar tersebut dan saat jari-jari saya menyentuh senar pertama kali, ada sesuatu yang mengalir dalam diri saya. Suara lembutnya membuat hati ini bergetar.

Tantangan Awal: Belajar Menggenggam Senar

Tentunya perjalanan tidak selalu mulus. Saat belajar memainkan gitar tersebut, rasanya seperti memanjat gunung tanpa petunjuk arah. Jari-jari saya kaku dan sering kali nyeri setelah mencoba memainkan akor sederhana seperti G atau C. Ingatan akan frustrasi saat nada keluar tidak sesuai ekspektasi masih jelas dalam benak—”Kenapa susah sekali? Apakah ini untukku?” menjadi pertanyaan tetap dalam pikiran.

Namun suatu ketika di sore hari saat latihan di teras rumah sambil ditemani sinar matahari yang hangat dan secangkir kopi panas, saya mulai merasakan koneksi emosional dengan alat musik ini. Setiap kali melodi membentuk sendiri dengan hasil suara getaran senar—walau tak sempurna—saya merasa seolah bagian dari sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri.

Menciptakan Momen Melalui Musik

Seiring waktu berjalan, setiap hari setelah pulang sekolah menjadi ritual baru; bermain gitar selama sejam sebelum melakukan tugas lainnya. Ada kalanya lagu-lagu lama memenuhi udara sekeliling: “Wonderwall” dari Oasis atau “Blackbird” oleh The Beatles sering menjadi teman setia saat senja menjelang.

Dalam satu momen spesifik, ketika berhasil menyelesaikan lagu pertama secara utuh tanpa kesalahan sedikit pun—saya merasa bangga sekaligus bahagia luar biasa. Saya menutup mata dan membayangkan semua pengalaman tersebut; betapa setiap ketukan menghasilkan nuansa emosional tersendiri bagi diriku sendiri dan orang-orang tercinta sekitar.

Karya sebagai Bentuk Ekspresi Diri

Lama kelamaan, guitar bukan sekadar alat musik bagi saya lagi; ia telah menjadi teman setia yang selalu siap mendengar segala cerita rasa sakit maupun kebahagiaan. Dalam prosesnya juga muncul hasrat untuk berbagi—baik melalui penampilan kecil di acara komunitas maupun platform online seperti podcast budaya tentang musik.

Dari pengalaman itulah muncul pemahaman mendalam mengenai kekuatan ekspresi seni melalui podcasting; bagaimana seseorang dapat berbagi pengalaman pribadi sekaligus menciptakan ruang diskusi terbuka mengenai keindahan setiap detil dari perjalanan musik mereka sendiri cancunradio. Inilah salah satu hal terpenting yang bisa kita ambil: Musik bukan hanya sekedar hiburan; ia adalah medium komunikasi universal antar jiwa.

Pelajaran Berharga dari Perjalanan Ini

Akhirnya setelah bertahun-tahun bergelut dengan cinta pada gitar ini dan pengalaman penuh suka duka menyertainya, apa sih pelajaran terbesar? Ketekunan adalah kunci utama untuk mencapai impian kita – meski kadang terasa berat sekali untuk terus melangkah maju.

Saya belajar bahwa perjalanan mengejar sesuatu tak selalu bersifat linear; ada detour-detour tak terduga namun indah sepanjang jalan tersebut yang memungkinkan kita menemukan sisi-sisi baru dari diri kita sendiri dan juga orang-orang disekitar kita.

Jadi jika saat ini kamu merasa patah semangat dalam mengejar sesuatu — ingatlah bahwa setiap detik waktu berharga menuju tujuan adalah bagian penting untuk membentuk siapa kamu nantinya.
Musik membuatku jatuh cinta bukan hanya pada nada-nada indah tetapi juga pada prosesnya.”